Minggu, 02 Maret 2014

MATERI KULIAH DDMM 2

Bagan panggung berbantuk trapezium terbuka ke bawah, dengan arah hadap aktor/penari/pemain adalah ke bawah mengarah ke penonton. Sedangkan penonton dari bawah mengarah ke atas.
Dalam penerapannya, Garis lurus dapat dibuat desain lurus ke depatn ke belakang, ke samping kiri ke samping kanan atau menyorong. Di samping itu, garis lurus juga dapat dibuat desain Z, desain V atau kebalikannya, desain Y atau kebalikannya, desain bersudut (segi tiga, segi empat, zik-zak, bintang dan sebagainya).
Dari kedua garis tersebut, masing-masing mempunyai kesan yang berbeda. Garis lurus mempunyai kesan sederhana tetapi kokoh dan kuat. Sedangkan garis lengkung mempunyai kesan lembut tetapi lemah. Desain garis lurus ini banyak digunakan oleh pola lantai tari-tarian klasik Jawa, tari Remo (Jawa Timur) dan tari-tarian Hula-hula kuno dari Hawai. Sedangkan pola lantai dengan garis lengkung banyak digunakan oleh tari-tarian primitif, dan tari-tarian komunal yang bercirikan magis atau kegembiraan.
Didalam tari-tarian modern, pola lantainya sering menggunakan kedua-duanya, yaitu kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung.
            Untuk menentukan/menandai level aktor/penari pada gambaran desain lantai, maka perlu diberi keterangan yang jelas pada gambar. Di dalam penjelasan ini dapat dicontohkan sebagai berikut; posisi aktor/penari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu level tinggi, level sedang, level setengah rendah dan level rendah. Dalam posisi level tinggi, aktor/penari berjungkit (jinjit Jawa)  atau naik berdiri di atas trap (alat bantu level). Pada posisi level sedang, peneri berdiri biasa (normal), sedangkan posisi level setengah rendah, kedudukan aktor/penari diantara berdiri normal dengan duduk, seperi berjongkok, membungkuk sambil merendah seperti posisi harimau mau menerkam dan lain-sebagainya. Adapun posisi level rendah, kedudukan aktor/penari mulai dari duduk (pantat menempel lantai) sampai tidur. Level-level tersebut dalam gambaran pola lantai dapat disimbulkan sebagai berikut:

3. Desain Kelompok
            Garapan gerak yang dilakkan lebih dari satu orang, maka masing-masing aktor/penari dituntut adanya hubungan timbal balik yang saling membantu, saling merasakan, baik dalam hubungan keruangan, tempo, maupun pengaturan dinamika. Untuk tarian tunggal, mungkinj komposisinya dapat disusun dan dikembangkan yang cukup rumit. Akan tetapi, jika dilakukan lebih dari satu orang, maka komposisinya harus ditata lebih sederhana. Dengan kata lain, bahwa koreografer hendaknya berpedoman kasar, jika semakin besar jumlah kelompoknya, maka semakin sederhana desain gerak yang harus dibuat. Suatu misal, jika di atas panggung terdapat delapan sampai sepuluh aktor/penari, dan masing-masing melakukan gerak yang berbeda, maka kesannya adalah ribut bagaikan sebuah orkes yang masing-masing instrumen dibunyikan dengan keras-keras oleh pemusiknya. Namun demikian hal tersebut bukan berarti bahwa tarian tunggal harus lebih rumit dan tarian kelompok harus selalu lebih sederhana dan serempak. Yang perlu diingat, bahwa di dalam desain kelompok, di samping harus merupakan kesatuan yang utuh, juga harus memiliki variasi dan cukup sederhana. Setiap pola gerak maupun pola lantai didalam sebuah komposisi kelompok dapat dilaksanakan dengan rencana atau desain “serempak”, desain “berimbang”, desain “selang-seling”, desain “bergantian”, desain “kontras/berlawanan” dan desai “terpecah”. Desain-desain tersebut juga dapat dilakukan diam di tempat maupun bergerak berpindah tempat atau melintas ruang.
            Di samping itu, didalam usaha mencapai dinamika pada tarian kelompok, dapat dilakukan dengan memecah-mecah kelompok besar menjadi beberapa kelompok kecil yang berbeda jumlah kelompoknya. Contoh jika ada tarian kelompok dengan jumlah aktor/penarinya 5 (lima) orang, dapat dibuat enam kemungkinan kelompok, yaitu: 5, 4-1, 3-2, 3-1-1, 2-2-1, dan 1-1-1-2. Namun demikian perlu dipertimbangkan dan diperhatikan, jika satu kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil terlalu banyak, hasilnya sering kurang “baik”. Lebih-lebih jika koreografer kurang teliti didalam memikirkan pusat perhatian atau fokusnya. Adapun kelima desain kelompok tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.        Desain Unison atau Serempak
Pola-pola gerak yang didalam tarian tunggal  dilakukan oleh seorang aktor/penari, maka didalam tarian kelompok dapat dilakukan oleh sejumlah aktor/penari dalam waktu dan tempo yang bersamaan. Pelaksanaan inilah yang dinamakan serempak atau unison.
            Pelaksanaan gerak dengan desain serempak ini akan sekaligus terjadi pengulangan desain keruangan, wujud waktu, dan dinamika. Desain serempak ini akan memberikan kesan mempertegas dan memperkuat pola gerak yang dilakukan. Desain serempak ini dapat dilakukan dengan diam di tempat umum berpindah tempat serta dapat diterapkan pada berbagai macam desain lantai, sesuai dengan kebutuhan dan bentuk gerak yang direncanakan.

b.  Desain Balance atau Berimbang
            Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa didalam tarian kelompok dapat dilakukan dengan memecah-mecah kelompok utama menjadi kelompok-kelompok kecil. Dari kelompok-kelompok kecil tersebut, dapat diatur pola lantainya sedemikian rupa, sehingga tempat para kelompok kecil tersebut berada di daerah pentas yang seimbang. Dari kedudukan para aktor/penari didalam pola lantai yang sedemikian rupa, gerak dapat dilakukan dengan diam di tempat, atau berpindah tempat, gerak dapat dilakukan oleh seluruh aktor/penari, secara serempak atau seluruh aktor/penari namun berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, atau hanya dilakukan oleh beberapa aktor/penari saja.
            Yang menjadi tuntutan didalam desain berimbang ini adalah keseimbangan pola penataan ruang didalam pentas. Peranan keseimbangan ini sangat penting didalam tarian kelompok, sebab ketidak seimbangan di dalam tarian kelompok ini sangat mudah dapat dirasakan maupun diamati oleh penonton daripada tarian tunggal.

c.  Desain Alternate atau Selang-seling
            Desain selang-seling ini dapat diamati pada tarian kelompok dengan berbagai macam desain lantai. Akan tetapi haru tepat dan jeli menentukan letak aktor/penari kelompok satu dengan aktor/penari kelompok lain yang diselang-seling tersebut. Misal sejumlah aktor/penari kelompok dengan pola lantai diagonal, aktor/penari bernomor ganjil bergerak ke kiri dan aktor/penari bernomor genap bergerak ke kanan. Atau dengan pola lantai yang sama, aktor/penari bernomor genap menggerakkan lengan menjulur lurus ke atas, sedangkan aktor/penari lain menggerakkan lengan ke samping.
            Contoh lain, sejumlah aktor/penari kelompok dengan poola lantai berbanjar, dengan aktor/penari bernomor ganjil berada di depan dengan gerak sambil duduk, sedang aktor/penari lain berada di bagian belakang dengan bergerak sambil berdiri.

d.  Desain Canon atau Susul-Menyusul
            Jika sederetan aktor/penari kelompok, misalnya 5 orang, aktor/penari pertama bergerak maju sambil melakukan gerakan, kemudian disusul oleh aktor/penari kedua untuk melakukan serangkaian gerakan yang sama, lalu disusul lagi aktor/penari ke tiga kemudian aktor/penari keempat dan selanjutnya aktor/penari ke lima yang masing-masing melakukan serangkaian gerak yang sama. Akan tetapi didalam desain susul-menyusul atau canon ini, tidak harus satu persatu, namun dapat dilakukan, misalnya ada lima aktor/penari, yang pertama satu, kemudian dua dan terakhir dua atau dengan kemungkinan yang lain. Demikian pula ketukannya atau hitungannya tidak harus konstan (tetap/sama) namun bebas sesuai dengan ekspresi koreografernya.

e. Desain Kontras/Berlawanan
     Di dalam tarian kelompok, untuk menghindari kejenuhan karena kurang variasi lebih-lebih jika durasi tarian tersebut relative panjang, dapat dilakukan dengan memberikan bentuk desain kontras atau berlawanan. Yang dimaksud desain ini adalah, menampilkan gerakan atau level yang disengaja diberi kontradiksi, baik dari gerak, seperti gerak cepat dengan lambat, gerak statis dengan dinamis, gerak di atas dan di bawah dan lain sebagainya. Lavel adalah tempat kedudukan tinggi rendahnya aktor/penari,dan lain sebagainya.
 
f.  Desain Broken atau Saling Berbeda

            Didalam kelompok besar dapat dibagi menjadi dua atau lebih kelompok-kelompok keci. Dari masing-masing kelompok tersebut, ada kalanya memang sama pentingnya atau memang dibuat sedemikian rupa yang memerlukan kekuatan yang sama. Dengan demikian kelompok-kelompok tersebut melakukan desian yang saling berbeda, dengan harapan kelompok-kelompok tersebut saling menopang atau saling menguatkan kelompok yang lain. Didalam tari kelompok yang hendak menggunakan desain terpecah atau saling berbeda ini, yang pertama harus dikuasai “waktu” (timing) komposisinya dengan cermat dan desain-desain geraknya harus dibuat jelas dan sederhana, demikian pula desain laintanya. Jika hal tersebut tidak dilakukan maupun tidak dikuasai, maka akan mudah sekali timbul kesan kacau (semrawut) atau kurang kebersamaan serta timbul kesan seakan-akan tiap-tiap aktor/penari bergerak sendiri-sendiri yang tidak harmonis atau mungkin ada dugaan bahwa aktor/penarinya belum hafal sehingga melakukan improvisasi semaunya sendiri. 

Materi Kuliah PROPOSAL


RUANG LINGKUP PENELITIAN

Variabel
Sub Variabel
Indikator
Diskriptor
Instrumen
Sumber data
Pedoman wawancara
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keberlanjutan pertunjukan  Wayang Topeng Malang













·   Wilayah Geografi Budaya Malang dan riwayat sejarahnya.

·   Daerah Persebaran Perkumpulan Wayang Topeng Malang


·   Karakter budaya masy,
·   Sejarah Malang


·   Data kantor Bud dan tokoh seniman WTM

·   Wilayah dan kondisi desa dan masy.
·    
Wilayah, Perilaku, bahasa, karajkter masyarakat
Sejarah Malang
Desa yg pernah ada WTM

Wilayah dan karakter masyarakat serta perilaku




Pedoman observasi
Pedoman wawancara
Kepustakaan

Masyarakat
Tokoh masya, Seniman, Budayawan
Buku data kabupaten/kota Malang
Buku sejarah Monografi desa





DISKUSIKAN SESAMA KELOMPOK MENGENAI RUANG LINGKUP PROPOSAL SAUDARA, SEBELUMNYA PASTIKAN RUMUSAN MASALAH SAUDARA BENAR. HASIL DISKUSI SAUDARA BERUPA TABEL RUANG LINGKUP SEPERTI CONTOH DI ATAS. SELAMAT BERDISKUSI